![]() |
Salah Satu Referensi tentang Kerajaan Bolmong Abad bke IV |
Hendrik E.
Niemeijner dalam tulisan, "Political Rivalry and Early Dutch Reformed
Mission in Seventeenth Century North-Sulawesi", mengungkap bahwa pada abad
ke-17 penduduk di pesisir semenanjung Utara Sulawesi Utara, seperti Manado dan
Amoerang bersifat majemuk dan kosmopolit. Dalam soal agama Islam dan Katolik
menjadi agama sejumlah pemuka dan kawula kerajaan Bolaang. Dalam kondisi yang
demikian; secara terbatas berbagai gagasan dan cara pandang terhadap
dunia baru masuk dan meresap dalam tubuh kerajaan.
Namun,
sejak Spanyol tersingkir ke Philipina pada tahun 1650-an akibat kalah perang;
dan VOC menancapkan kekuasaannya di Manado, para pemuka dan penduduk kerajaan
yang beragama Islam dan Katolik dipaksa pindah menjadi Calvinis. Orang-orang
Islam dibersihkan dari Amoerang; pemukimannya kosong ditinggal penduduk.
Pemuka
dan rakyat Bolaang dipaksa pindah menjadi Calvinis [Protestan]. Kapitan Laut
yang Katolik dan Jogugu yang Islam pindah menjadi Calvinis. Padahal kita tahu
VOC tidak memilki tujuan untuk mewartakan iman. Tujuan VOC adalah berdagang.
Sesuatu yang janggal terjadi di Bolaang; raja dipaksa menjadi Calvinis. Karena
VOC tidak dilengkapi dengan perangkat pewarta iman [pedakwah], kebutuhan ruhani
raja dan sejumlah keluarganya terbengkalai tidak mendapat bimbingan ruhani.
Inilah
awal dari kondisi "lembam" [inersia] dalam tubuh sejarah dan
kebudayaan Bolaang Mongondow. Berbeda dengan kerajaan-kerajaan di Gorontalo
yang masih diperbolehkan menjadi Islam. Kondisi ini berlangsung hingga paruh
pertama abad ke-19.
Salam.
Sumardi Arahbani
Posting Komentar